Belajar dengan cara Imam Syafi'i

Salammualaikum Sahabat Jannah,,



Topik yang akan saya angkat kali ini berangkat dari pengalaman saya sebagai wanita muslimah yang mengalami krisis kepercayaan diri ketika menikah, diman suami saya memiliki kepintaran akademis dan spiritual yang jauh di atas saya. Hal ini membuat saya menjadi minder, tidak percaya diri ketika berbicara , dan menjadi pendiam ketika bertemu orang baru. Suatu ketika suami berkata bahwa belajar tidak harus dari bangku akademis, ilmu bisa didapat dari mana saja, dari pengalaman hidup, majelis taklim, pengalaman teman, komunitas, dan masih banyak lagi. Jadi jangan pernah berhenti mencari ilmu terutama ilmu islam karena dengan ilmu maka derajat kita akan menjadi lebih tinggi di mata ALLAH. Nah itulah awal mula saya mulai mencari apa yang menjadi passion saya selama ini, saya mulai mencari ilmu tentang jualan online, bagaimana berjualan sesuai hukum islam, mulai mencari komunitas yang sesuai dengan minat saya dan mulai mengikuti pelatihan-pelatihan yang menunjang kemampuan usaha saya serta tidak lupa mengikuti majelis taklim secara rutin In syaa Allah. Kali ini saya ingin mengajak sahabat untuk belajar dari Imam Syafii.

Imam Asy- Syafi'i  adalah seorang besar mufti islam sunni dan juga pendiri mahzab Syafii. Imam Syafi'i juga masih tergolong kerabat dari Rasulullah, ia termasuk dalam Bani Muthalib, yaitu keturunan Al Muthalib, saudara dari Hasyim, yang merupakan kakek dari Nabi Muhammad. Saat usia 13 tahun , Imam Syafi'i dikirim oleh ibunya untuk pergi ke Madinah untuk berguru kepada ulama besar saat itu yaitu Imam Malik, 2 tahun kemudian ia juga pergi ke Irak, untuk berguru kepada murid-murid Imam Hanafi di sana.  Meskiupun sudah banyak menyerap ilmu namun Imam Syafii belum ada keinginan untuk pulang karena belum ada panggilan dari ibundanya. Selama di Irak Imam Syafii berkembang menjadi murid yang terkenal cerdas dan pintar, sehingga dalam waktu yang singkat ia sudah diminta untuk mengajar. Awalnya satu murid, dua murid, tiga murid hingga berkembang menjadi ribuan murid datang berbondong-bondong untuk belajar kepadanya. Hingga ia pun menjadi ulama besar yang terkenal dari Irak hingga Hijaz.

Ketika musim haji tiba, Ibu dari Imam Syafii selalu menunaikan ibadah Haji. Suatu ketika di musim haji di masjidil haram ada sebuah pengajian besar yang mana pengajian nya dipimpin oleh seorang Ulama besar dari Irak. Ulama besar dari Irak ini dalam ceramahnya selalu berkata sedikit-dikit  Qola Muhammad bin Idris Asy Syafii….Qola Muhammad bin Idris Asy Syafii” (berkata Muhammad bin Idris Asy Syafii). Saat itu Ibundanya Imam Syafii yang sedang mengikuti pengajian tersebut pun bertanya-tanya dalam hati nya "Muhammad bin Idris Asy Syafii yang mana?" , karena Muhammad adalah nama anaknya dan Idris adalah nama suaminya, maka bertanyalah Ibunda Imam Syafii kepada Ulama besar tadi " Wahai Syaikh, maaf saya ingin bertanya siapakah Muhammad Bin Idris Asy Syafii tadi?", dengan bangga ulama besar tadi menjawab " dia adalah guruku, seorang Ulama besar di Irak yang berasal dari kota Mekkah ini", Mendengar jawaban itu Ibunya terkejut. Setahu dia tak ada nama Muhammad bin Idris Asy Syafii yang berasal dari Mekkah ini selain dari anaknya. Maka ibunya Imam Syafii berkata “Ketahuilah wahai Syaikh, sesungguhnya Muhammad bin Idris Asy Syafii adalah anakku” , Mendengar jawaban itu Kyai besar itu pun terkejut, “Benarkah itu wahai ibu? ibunya Imam Syafii masih ada?”. “Benar wahai syaikh, Muhammad bin Idris Asy Syafii adalah anakku”, Maka dia pun hormat kepada Ibu Imam Syafii tersebut. Setelah bercerita banyak Syaikh dari irak tadi pun bertanya “Lalu apa pesanmu untuk Imam Syafii wahai ibu?”,“Katakah pada anakku, jika ia ingin pulang ke Mekkah sekarang dia boleh pulang” , Setelah sampai ke Irak maka pesan pun disampaikan kepada Imam Syafii. Maka Imam Syafii pun bergegas untuk pulang karena sudah sangatt merindukan ibundanya.

Sekilas tentang Kisah Imam Syafii yang begitu giat dan rajin dalam menuntut ilmu bahkan tidak pulang jika ibundanya tidak menyuruhnya pulang, Lalu apa saja hikmah yang bisa diambil dari Imam Syafii ini?. berikut beberapa kalimat dari Imam Syafii bagi yang dapat dijadikan cambuk semangat untuk terus belajar sampai akhir hayat. 

"Jika kamu tidak dapat menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan" (Imam Syafii)

Beliau rahimahullah berkata dalam kitab Diwan Al-Imam Asy-Syafi’i,

Aku melihat pemilik ilmu hidupnya mulia walau ia dilahirkan dari orangtua terhina.
Ia terus menerus menerus terangkat hingga pada derajat tinggi dan mulia.


Umat manusia mengikutinya dalam setiap keadaan laksana pengembala kambing ke sana sini diikuti hewan piaraan.
Jikalau tanpa ilmu umat manusia tidak akan merasa bahagia dan tidak mengenal halal dan haram.


Diantara keutamaan ilmu kepada penuntutnya adalah semua umat manusia dijadikan sebagai pelayannya.

Wajib menjaga ilmu laksana orang menjaga harga diri dan kehormatannya.

Siapa yang mengemban ilmu kemudian ia titipkan kepada orang yang bukan ahlinya karena kebodohannya maka ia akan mendzoliminya.


Wahai saudaraku, ilmu tidak akan diraih kecuali dengan enam syarat dan akan aku ceritakan perinciannya dibawah ini:
Cerdik, perhatian tinggi, sungguh-sungguh, bekal, dengan bimbingan guru dan panjangnya masa.


Setiap ilmu selain Al-Qur’an melalaikan diri kecuali ilmu hadits dan fikih dalam beragama.


Ilmu adalah yang berdasarkan riwayat dan sanad maka selain itu hanya was-was setan.


Bersabarlah terhadap kerasnya sikap seorang guru.
Sesungguhnya gagalnya mempelajari ilmu karena memusuhinya.


Barangsiapa belum merasakan pahitnya belajar walau sebentar,
Ia akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.


Dan barangsiapa ketinggalan belajar di masa mudanya,
Maka bertakbirlah untuknya empat kali karena kematiannya.


Demi Allah hakekat seorang pemuda adalah dengan ilmu dan takwa.
Bila keduanya tidak ada maka tidak ada anggapan baginya.



Ilmu adalah tanaman kebanggaan maka hendaklah Anda bangga dengannya. Dan berhati-hatilah bila kebanggaan itu terlewatkan darimu.

Ketahuilah ilmu tidak akan didapat oleh orang yang pikirannya tercurah pada makanan dan pakaian

.
Pengagum ilmu akan selalu berusaha baik dalam keadaan telanjang dan berpakaian.


Jadikanlah bagi dirimu bagian yang cukup dan tinggalkan nikmatnya tidur
Mungkin suatu hari kamu hadir di suatu majelis menjadi tokoh besar di tempat majelsi itu.

***
Disadur dari kitab Kaifa Turabbi Waladan Shalihan (Terj. Begini Seharusnya Mendidik Anak), Al-Maghrbi bin As-Said Al-Maghribi, Darul Haq.
Artikel Muslimah.or.id
Wikipedia Indonesia

Comments

Popular posts from this blog

Hari down syndrome sedunia

PAKISTAN, DARATAN SUCI DI ASIA SELATAN

21 Children